Perayaan
Malam Tahun baru merupakan moment yang paling ditunggu-tunggu orang di seluruh
dunia, terutama bagi golongan anak-anak muda. Pada malam tahun baru tentunya
para masyarakat kota pada umumnya merayakan agenda itu secara besar-besaran.
Tapi kebanyakan orang juga ada tidak melakukan perayaan pada tahun baru
tersebut. Pada malam tahun baru biasanya dimerihkan dengan meniup terompet
maupun menyalakan petasan, maupun yang lainnya. Bahkan pada saat malam tahun
baru ada yang berpesta dan berhura-hura. Setelah sibuk sepanjang tahun,
orang-orang merasa bahwa berpesta pora pada malam pergantian baru merupakan
sesuatu yang wajar untuk melepas kepenatan. Namun, jika menilik sejarah,
perayaan tahun baru tidaklah sekadar pesta biasa, tetapi sarat dengan berbagai
tradisi keagamaan seperti kaum pagan, Kristen, dan juga Yahudi.
Sebelum
berlakunya kalender Gregorian, bangsa Eropa di abad pertengahan umumnya
menjadikan tanggal 25 Maret sebagai awal tahun baru. Mereka . menyebut hari ini
The Feast of Armounciarion, “Hari Raya Pemberitahuan”. Di dalam tradisi
Kristen, tanggal ini dipercaya sebagai hari saat Bunda Maria didatangi Jibril
yang memberitahukannya bahwa ia akan melahirkan seorang anak Tuhan.
Setelah diperkenalkan kalender Gregorian pada tahun 1582,
secara bertahap kerajaan-kerajaan di Eropa merayakan tahun baru setiap tanggal
satu Januari. Kalender Gregorian ini disebut juga kalender Kristen karena
menjadikan kelahiran Yesus sebagai tanggal pertama dari kalender tersebut.
Meski demikian, kapan persisnya kelahiran Yesus masih menjadi perdebatan di
kalangan umat Kristiani. Namun yang jelas, pembuatan kalender ini terkait dengan
kepentingan religius di dalam agama Kristen. Sebagai contoh, penetapan hari
Minggu (Sunday) sebagai hari libur. Hari ini merupakan hari khusus untuk
berkhidmat kepada Tuhan dalam tradisi Kristen, menggantikan hari Sabtu yang
lazim dalam tradisi Yahudi.
Salah satu hal yang unik menjelang datangnyamalam tahun baru
adalah menjamurnya penjualan terompet. Hal ini terkait dengan kesenangan orang
merayakan malam tahun baru dengan membunyikan terompet sekeras mungkin untuk
memeriahkan suasana. Kebisingan suara terompet ini mencapai puncaknya pada
pukul dua puluh empat, atau tepat tengah malam.
Tradisi meniup terompet ini pada mulanya merupakan cara
orang-orang kuno untuk mengusir setan. Orang-orang Yahudi belakangan melakukan
hal itu sebagai kegiatan ritual yang dimaknai sebagai gambaran ketika Tuhan
menghancurkan dunia. Mereka melakukan ritual meniup terompet ini pada waktu
perayaan tahun baru Yahudi, Rosh Hashanah, yang berarti “Hari Raya Terompet”,
yang biasa jatuh pada bulan September atau Oktober. Bentuk terompet yang
melengkung melambangkan tanduk domba yang dikorbankan dalam peristiwa
pengorbanan Isaac (Nabi Ishaq dalam tradisi Muslim). Hal ini sangat berbeda
dengan ajaran Islam yang menetapkan bahwa Nabi Ismail-lah, saudara Nabi Ishaq,
yang diminta Allah untuk dikorbankan.
Bunyi terompet yang bersahut-sahutan biasanya belum lengkap
jika tidak diikuti dengan pesta petasan dan kembang api. Sebagaimana
membunyikan trompet, tradisi ini merupakan ritual untuk mengusir setan di dalam
tradisi bangsa Cina. Selain itu, petasanjuga dipercaya dapat mendatangkan
keberuntungan.
Tidak seperti tradisi dalam agama dan kebudayaan lain, Islam
tidak pernah menjadikan tahun baru sebagai sebuah hari raya, termasuk tahun
baru Hijriah sekalipun. Meski di Indonesia, tahun baru Hijriah merupakan hari
libur nasional, tetapi kedudukannya tetaplah bukan hari raya. Jika Islam
sendiri tidak pernah merayakan tahun baru, maka mengapa umat Islam turut pula
merayakan perayaan yang sebenarnya merupakan tradisi agama-agama lain? Bukankah
Nabi saw. telah mengingatkan bahwa mereka yang ikut-ikut tradisi suatu kaum,
maka ia termasuk dalam golongan kaum itu? (Wendi /arman, peneliti Institut
Pemikiran Islam Pembangunan Insan) ***
=======รจSELAMAT TAHUN BARU<========
SEMOGA HARI ESOK LEBIH CERAH DARIPADA SEKARANG
0 Response to "Sejarah Terompet Tahun Baru"
Posting Komentar